Selasa, 08 Januari 2019

Ialah Namamu



Matahari masih bersinar di atas kepalaku
Pun degub ini masih sama gilanya ketika yang teringat ialah namamu
Meski samar rasa kepergianmu sesekali menyematkan pilu
Kita yang pergi dengan belum selesainya sesuatu
Rasa yang saling namun tak menyatu
Berserakan sepanjang anak-anak waktu yang sekali lagi kembali membawaku kepadamu
Ketika anginpun tak mampu menghempaskan sedikit dari rinduku yang merangkak kelu
Akan kusimpan sepenggal berkas senyummu sebagai artefak menakjubkan yang pernah kutemu
Kutemu meski tak menjadi milikku utuh

Ialah namamu, detak tak biasa di sela bingar hidupku
Irama irasional mengejutkan yang menguatkan detak rapuhku
Andai bisa merekayasa waktu
Kan ku buat setiap detik menjadi abadi bersamamu
Ialah namamu, yang kepadanya pertanyaan itu bertamu tanpa titik temu
'Akankah kita berani mengakui rindu ?'
Ialah pertanyaanku, yang tak kunjung mendapati jawaban atas namamu
Ialah aku, yang bersembunyi di balik keangkuhan pura-pura tak mencintaimu
Ialah kita, pergi dengan rindu  yang dikemas rapi, berselimut sunyi di di balik relung.

Rupanya, kita tak lebih dari sekedar pengecut di hadapan rindu.
Mungkin bukan kita, hanya aku.
--.
[Ialah Namamu]
#penaputih

08-01-2019