Kenapa aku suka sajak-puisi ?
Karena dia adalah ungkapan indah tentang makna kehidupan.
Di dalamnya kutemukan keindahan tentang seni berkata, kecerdikan tentang menyimpan dan menemukan makna tersembunyi, serta kepekaan perasaan terhadap ungkapan yang tak terucap.
Dan sajak-puisi adalah penawar ketika pikiran telah lelah dengan angka-angka.
Karena kehidupan bukan hanya soal angka, banyak hal di mana angka tak lagi mampu merepresentasikannya dan akan menjadi hal yang sederhana di dalam sajak dan puisi.
Karena begitulah kehidupan. Seimbang, selaras namun tak benar-benar sama untuk bisa saling melengkapi dalam harmoni.
Dan telah kutemukan itu semua pada angka dan sajak-puisi. Dan sekarang kau tau kenapa ada sajak dan puisi diantara rimba logika pemikiran agung umat manusia dulu, kini, dan selamanya.
Surabaya, 19 Nopember
bersama angka dan kata lintas jaman,
dari Incropera, Khalil Gibran, hingga Sapardi D.D
Sabtu, 19 November 2016
Sabtu, 02 Januari 2016
Kacau !
Kacau !
Saat
lidah tak mampu membentuk kata
Saat
mata tak sanggup lagi beralih
Di saat
itulah jantung berdegub liar
Mengalirkan
selaksa kekaguman
Kekaguman
yang bersua rindu
Rindu
yang telah lama bersemayam
Dan
merongrong mencari sang penawar
Barangkali
rindu ini
Yang
membuat
Lidah
tak mampu membentuk kata
Mata tak
sanggup beralih
Dan
meliarkan detak-detak jantung
Kacau !
Dalam
ketiadaan,
kau
kucari
Namun
Dalam
kebersamaan,
aku
kacau !
(Pena Putih 0515)
(Pena Putih 0515)
Masih Petang
Masih
Petang
Selaksa
rindu yang terus berhembus
Bagai
desah nafas sang fajar
Sejumput
kenangan yang tak pernah tertuang
Seperti
alunan bayang-bayang
Setangkai
rasa yang belum layu
Masih
meliuk-liuk mencari cahaya
Cahaya
penerang dari sang fajar
Dari
manakah datangnya cahaya ?
Masih
menebak-nebak dalam petang
Ah, mungkin
sebentar lagi kan datang sang fajar
(Pena Putih, 6815).
Selamat Malam Pembaca
Selamat malam pembaca,
Tahun baru, semangat baru, dan harapan baru.
Di tahun baru ini, saya akan memulai untuk menulis semua ini.
Karena mungkin, sebaiknya sebuah karya tidak hanya dibuat untuk disimpan, melainkan untuk dinikmati keindahannya.
Saya memang bukan siapa-siapa, tapi saya ingin berkarya seperti mereka.
Mencoba menuangkan kata hati dan perasaan sanubari ke dalam rangkaian kata.
Mungkin belum cukup indah, setidaknya dengan menuliskannya, saya bisa tersenyum meski sedang berada di masa yang bahkan untuk melengkungkan senyum di bibir pun terasa amat susah.
Di sini lah tempat saya berekspresi,
Di sinilah tempat saya berkarya
Dan di sini juga lah tempat saya berbagi keindahan untaian kata dengan Anda.
Jadi, sekian, semoga tulisan saya bisa berkesan dan dapat dirasakan keindahannya oleh para pembaca. Terima Kasih :)
Langganan:
Postingan (Atom)