I.
Senja dan
aroma sore hari yang memudar
Terdudukku
sendiri di tepian jendela
Berteman
angin dan merdu senandung sunyi
Aku serasa
terbang
Memeluk awan
dan mengecup matari
Berdamai
dengan semua fana
Mencoba
tersenyum dengan candaan Tuhan
Yang ada di
depan mata
Harapku yang
seperti dimain-mainkan-Nya
Direnggut-Nya
apa-apa yang bahkan hampir tergenggam
Entah
mengapa selalu terasa sesak
Ketika Tuhan
bercanda seperti itu
Layaknya aku
yang menggoda adikku
Mengambil
mainannya dan mentertawai tangisnya
Sebercanda
itulah Tuhan terhadapku
II.
Sesak
Aku tau
Engkau bercanda, Tuhan
Tapi aku
tetap sesak
Humorku tak
cukup mampu menampung canda-Mu
Ataukah aku
yang terlalu serius menghadapi hidup ?
Hatiku tak
lapang
Jiwaku tak
besar
Dan canda-Mu
itu menyesakkan
Kepada senja
aku pun menangis
Lalu dalam
temaram kumendengar :
‘Aku memang sedang bercanda
Tapi canda-Ku ialah untuk memperluas hatimu
Membesarkan jiwamu yang kerdil
Kau memang kecil, Aku Yang Maha Besar
Kau hamba, dan Aku Tuhanmu yang Maha
Mencintaimu
Tabahlah
Mari kita bertemu sepertiga malam nanti
Percayalah canda-Ku tak akan pernah
mematahkanmu”.
---
Teruntuk siapa saja yang tengah berjuang, tabahlah. Mari saling menguatkan dalam kesabaran :)