Jumat, 06 Desember 2019

Tiga Puisi


Gerimis Pertama Desember

Seperti gulungan asap 
yang lenyap di ujung gerimis pertama Desember.
Prasangka itu harus hilang
Beserta segala keragu-raguan.

'Kuasa Tuhan itu utuh
Tapi tak bisa bekerja pada ia yang meragu', ucapmu mengingatkanku.

'Dan seperti pucuk daun di halaman rumahmu itu,
yang tak marah pada angin bulan Desember 
yang membuatnya harus berpisah dengan ranting',

'Angin Desember rupanya telah tiba. 
Yang perlu kau lakukan ialah rapatkan  jaket 
dan tetap percaya pada takdir baik Tuhan'

ungkapmu mengalahkan bising deru angin 
dan mendamaikan deru jiwa yang semakin.
-----.





Ketidakpastian

Aroma tanah basah semerbak 
dalam hujan tengah hari yang datang tanpa diiringi mendung.
Semesta memberi kejutan parfum yang amat memanjakan hidung.
Ingin kumasukkan ke dalam botol dan kujadikan pengharum untuk digantung.
Agar kapanpun senantiasa teringat pada hujan dan juga kepadamu.

'Siang ini hujan turun tanpa mendung terlebih dahulu', ujarmu

'Mengapa bisa ?', tanyaku

'Semesta selalu punya caranya sendiri untuk memberi kejutan.
Mendung belum pasti hujan,
Pun tak berawan tak berarti hujan tak akan datang'.

Tidak pasti. Tapi bukankah satu-satunya yang pasti ialah ketidakpastian itu sendiri ?
Itu yang membuat hidup istimewa', ucapmu.

Lalu kita bersama-sama hening menatap langit cerah yang hujan dengan jiwa yang perlahan  menjadi hangat dan sejuk, dihujani gerimis dan cahaya.
---.



Nyanyian Burung

Cuit cuit
Burung itu bernyanyi di ujung atas tiang listrik
Bermain-main ia di atas sana dengan gembira

'Meski punya sayap, apakah sedikit pun mereka tak takut terjatuh ?' tanyaku.

'Tidak. Pun jika mereka punya rasa takut, mereka akan melihat sayapnya lagi dan seluruh anggota tubuhnya. Lalu mereka akan teringat: aku yang seperti ini, ialah tanda dari Tuhan bahwa aku mampu terbang. Mereka sadar. Mereka yakin. Dan tak pernah khawatir pada takdir Tuhan', ungkapmu sembari tersenyum ke arah langit.

Kulihat mereka terbang
Meninggalkan jiwaku yang turut bernyanyi bersama nyanyiannya
Lalu kau dan aku bernyanyi dalam sunyi, merayakan damai semesta.
---.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar